2 February 2013

Love oh Love . . .

Posted by Tiya Andini

Entah mendapat ilham darimana untuk menulis post tentang hal sensitif ini. Mungkin lebih kepada sekedar membagikan hal yang menginspirasikan diri gw dan menambah sudut pandang tentang cinta. Bagi gw, cinta adalah sesuatu yang simpel tapi rumit, banyak dijumpai di kehidupan sehari-hari tapi juga salah satu hal paling sensitif untuk dibicarakan. Alasannya? Karena setiap orang punya pandangannya masing-masing tentang cinta.

Sejujurnya, pemikiran ini muncul setelah gw mempelajari teori-teori kepribadian untuk kebutuhan sidang kemarin. Gw menemukan 2 tokoh dari aliran psikoanalisis yang punya pandangan oke tentang cinta dalam kehidupan ini. 

Seorang tokoh bernama Horney mengungkapkan kalo pada masa sekarang ini, manusia menilai cinta secara berlebihan. Cinta dijadikan jawaban atas semua permasalahan dunia. Hal ini didasari atas adanya persaingan antar individu yang menghasilkan adanya perasaan kesepian/kesendirian dalam diri manusia. Perasaan ini membuat individu merasakan kebutuhan berlebih pada cinta dan tidak jarang membuat cinta sebagai satu-satunya jalan untuk mengisi kekosongan diri. 

Cinta memang satu hal yang diperlukan oleh semua orang di dunia ini. Tanpa cinta, manusia akan merasakan ada kekurangan dalam dirinya. Yang dikhawatirkan di masa sekarang ini adalah perasaan mengagung-agungkan cinta. Manusia mencari cinta, namun terkadang mendapatkan cinta yang salah namun tidak ingin menyadari kesalahannya dengan alasan perasaan kesepian itu. Gw rasa, tidak sedikit orang yang terjebak dalam cinta yang salah, seperti pereselingkuhan ataupun cinta karena terpaksa. 
Cinta yang terpaksa mungkin sering muncul tapi jarang disadari. Misal: terpaksa pacaran karena ga enak nolak pernyataan cinta di depan umum. Atau yang rasanya marak terjadi adalah pacaran karena baru putus, ngerasa kesepian, ada pihak baru muncul, nyatain cinta, bilang "ya". Ini sering banget kejadian. Alasan diterima itu banyak, misal: ngerasa kesepian trus ada pihak yang "dirasa" mampu ngisi kekosongan (bahasa populernya: pelarian cinta). 
Seringkali gw temui kasus perselingkuhan ada karena pihak ketiga merasa nyaman dengan individu yang sudah memiliki pasangan. Rasa nyaman ini sampai membuat si pihak ketiga menutup mata tentang kenyataan bahwa hubungan tersebut salah. Atau lebih parah lagi si pihak ketiga mengikhlaskan diri menjadi pihak yang tidak dianggap secara resmi di depan umum  sebagai pasangan. Pihak ketiga seakan mengobral harga diri. Ia rela menjadi "cadangan" dengan alasan, yang tidak lain dan tidak bukan adalah: CINTA. Bagi gw, ga masuk akal ketika ada seseorang yang mengatakan: "Gw ga peduli kalopun dia punya orang lain yang dia cintai, atau bahkan dia ga nganggep gw, asalkan gw bisa sama dia karena gw nyaman sama dia, karena gw CINTA sama dia." Nak, camkan baik-baik ya: itu namanya bukan cinta, itu lebih tepat disebut: ketergantungan dan obsesi. Cinta bukan sesuatu hal yang murah, begitu pula harga diri. Kalo seseorang sanggup mengungkapkan hal di atas tadi, bagi gw, itu sama aja dia mengobral harga dirinya.

Mungkin pada saat baca tulisan ini, akan ada yang tersinggung karena merasa dirinya pelaku hal di atas. Mungkin juga ada yang ga setuju sama gw. Lagi-lagi, ini opini gw. Maaf kalo gw harus mengatakan orang yang jadi pihak ketiga sebagai seseorang yang mengobral harga diri. Tapi, ini kenyataan. Ini ada di sekitar gw dan gw muak harus melihat kejadian ini. 

Cinta adalah hal sensitif dan personal. gw ga punya hak untuk membuat orang lain setuju dengan opini gw karena pengalaman hidup dengan cinta membuat setiap orang memiliki pandangannya masing-masing tentang cinta. Gw berharap cinta tidak lagi menjadi satu hal yang didefinisikan secara asal, diungkapkan secara bebas (baca: diobral) sehingga membuat definisi sebenarnya menjadi kabur. Bagi gw, cinta bukan hal yang dapat diungkapkan dengan mudah. Bagi gw, butuh komitmen untuk mengucapkan kata: CINTA. Cinta bukan hanya sekedar perasaan suka, sayang, nyaman. 




Catatan tambahan:
Seorang tokoh psikoanalisis bernama Fromm mengungkapkan bahwa ada 4 hal dasar yang diperlukan untuk membentuk cinta sejati: perhatian, tanggung jawab, penghargaan dan pengenalan. Seseorang yang mencintai harus memperhatika pihak yang dicintainya, bertanggung jawab untuk hubungan yang dijalinnya baik secara fisik dan psikologis, mengenal dengan baik siapa pasangannya sehingga dapat menghargainya.

1 comments:

Anonymous said...

yuppyupp, setuju banget bomce. sekarang ini orang gampang banget bilang "cinta". baru juga kenal seminggu, bilangnya udah jatuh cinta. padahal cinta kan bukan sekedar suka2an. kata "cinta" udah kehilangan artinya..
baca ini deh bomcee, tentang kata "love". tenang, bukan ttg one direction kok xD
http://lifeteen.com/missions/2013/01/30/i-love-one-direction/

Post a Comment

 

Live ♥ Love ♥ Life Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos