26 December 2013

Cerita di Bulan Desember

Posted by Tiya Andini 0 comments
Kalau boleh disimpulkan dalam satu kata, Desember itu: KESADARAN. Saya banyak menyadari berbagai hal. Ada beberapa hal yang terlambat saya sadari dan sudah tidak bisa diperbaiki. Ada juga yang terlambat disadari, namun masih saya coba untuk perbaiki. 
Pertama-tama, sudah 3 minggu saya bekerja di sebuah perusahaan kredit di daerah kuningan, divisinya tidak jauh-jauh dari Psikologi: rekrutmen. Kenapa saya pilih divisi itu? Alasan pertama ya untuk mengaplikasikan ilmu yang pernah saya pelajari saat kuliah. Kedua, untuk mencari uang sehingga saya bisa hidup mandiri dan tidak bergantung pada orangtua. Awalnya, beberapa teman saya tidak setuju saya menerima tawaran perusahaan itu, karena  jumlah salary yang saya terima. Begitu pula kakak saya. Orangtua mendukung saya untuk mengambilnya, mengingat saya sudah menganggur cukup lama. Saya pun cukup semangat untuk menerima tawaran itu. Akhirnya saya pun mengambil kesempatan ini dan sampailah saya pada hari ini: hari ke-13 saya bekerja. Pertanyaan standar diucapkan oleh beberapa saudara dan teman-teman: Bagaimana kerjaannya? Lalu saya hanya bisa menjawab: biasa saja. Memang saya akui itu adalah jawaban yang kurang nyambung dan tidak memuaskan. Tapi, jauh di hati saya, saya malas menjawab secara lengkap. Alasannya karena saya sampai saat ini belum bisa mengatakan pekerjaan itu: menyenangkan, baik dari segi pekerjaan ataupun rekan kerjanya. Saya tidak mau berbohong dengan bilang kalo kesannya menyenangkan. Tapi, saya juga tidak mau bilang: cape, melelahkan, sibuk, bosnya rese, dan semua hal yang tidak menyenangkan dalam dunia pekerjaan. Alasannya karena kalau saya mengatakan hal-hal itu, saya pasti akan dibilang: kerja ya emang cape, kerja itu emang isinya dimarahin sama bos. Logika saya ketika ada yang bilang seperti itu mengatakan: trus ngapain kerja? Kenapa kerja kalo isinya cuman dimarahin sama bos? Kenapa bos pasti marah-marah sama bawahannya? Ada apa dengan para bos sehingga mereka ga bisa ramah sama bawahannya? Kenapa ga bisa bos dan bawahan bekerja seperti teman sepergaulan? Pasti ada alasan klasik untuk itu: bos harus punya wibawa di hadapan bawahannya, supaya ga diinjek-injek sama bawahannya. Ga masuk di akal untuk diri saya. Kalau orang bilang: kerja emang cape, namanya juga cari uang. Jadi, semuanya emang didasari uang dong? Ga ada yang bekerjanya tulus? Ada sih pasti, tapi uangnya pasti ga sebanyak yang kerja didasari uang. Saya memang harus ingat-ingat lagi kalo saya sekarang bekerja di jakarta yang mana uang adalah unsur utama di dalam kehidupan orang-orangnya. 

Ini kesan saya selama 13 hari yang seperti naik roller coaster. *dan saya benci naik roller coaster* Saya sih jujurnya berharap dalam bulan-bulan ke depan bisa naik bianglala saja, daripada naik roller coaster.

Saya belum tahu akan bertahan sampai kapan hidup seperti ini. Mungkin apabila dalam beberapa bulan saya menemukan yang saya mau, saya akan berpindah ke yang saya mau. Tapi kalo ternyata yang saya butuhkan ini berubah menjadi yang saya mau, ya saya akan bertahan sampai lama. Jadi, dalam beberapa bulan ke depan saya akan mencoba mengubah yang saya butuhkan menjadi yang saya mau dan mencari apa yang sebenarnya saya mau. 

Yang membuat saya bertahan di fase ini adalah kamar kos saya. Itu satu hal pertama yang membuat saya bertahan. Semoga dengan satu hal ini, saya bisa mempertahankan semuanya. Siapa tahu nantinya saya akan menemukan hal-hal lain yang membuat saya bertahan.

Oh ya! Yang lainnya yang membuat saya bertahan adalah dua orang ini bersama teman-temannya. :)

 

Live ♥ Love ♥ Life Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos