23 March 2011

Restoran "O"

Posted by Tiya Andini
Mengelola restoran itu susah-susah-gampang. Kalo ownernya pekerja keras, punya menu makanan yang enak dan bisa bikin semua karyawannya semangat kerja, pasti restoran itu sukses dan banyak dikunjungi orang. Keberhasilan sebuah restorang dari luar memang ditentukan oleh kenikmatan masakan yang dijual, tapi bila dilihiat dari dalam, keberhasilan restoran berangkat dari kerja keras owner dan karyawannya. Kalo karyawannya ga semangat kerja, ownernya otoriter, ga ada hubungan baik antara owner dan karyawan, restoran lama-lama akan bangkrut. Kenapa? Karena semua masalah yang terlihat dari luar itu berasal dari dalam.

Seorang owner restoran yang ga mau dengerin apa kata koki tentang citarasa masakan yang pantas dijual, bikin si koki pasti jadi males masak. Buat apa si koki bikin masakan yang menurut dia ga enak dan dia tahu  sedikit orang yang beli. Tapi, si owner tetep aja ngejual makanan itu, entah karena itu makanan favorit dia atau dia gengsi dengerin apa kata "bawahan"nya. Koki itu lama-lama akan kerja setengah hati, mungkin ga lama dia akan resign dari restorang karena merasa pemikirannya sebagai ahli masak disia-siakan di restoran itu. Begitu pula dengan para pelayan, owner yang seenaknya ngeganti kebijakan tanpa mikir konsekuensi yang harus ditanggung para pelayannya, pasti lama kelamaan akan ditinggal sendiri oleh para pelayan, atau minimal dibenci dan diomongin sama pelayannya di belakang. Mungkin owner menyadari hal itu lama kelamaan, tapi lagi-lagi karena dia gengsi untuk ngomong sama pelayan, yang muncul adalah atmosfir restoran yang ga bersahabat. dingin. Secara tidak langsung, itu ngaruh ke suasana orang yang makan di sana..

Bagaimana selanjutnya? Owner itu bangkrut. Restorannya sengaja ia jual karena terlalu banyak hutang. Owner selanjutnya menaruh investasi cukup besar, karena harus mengelola sebuah restoran yang sudah pernah bangkut dan buruk di mata masyarakat. Owner ini sangat berkebalikan dengan owner sebelumnya. Ia tidak memiliki gengsi yang tinggi, dan bersahabat dengan bawahannya. Namun, yang menjadi tantangan terbesarnya adalah mendapatkan kembali kepercayaan dari para koki dan pelayan. Koki sudah tidak percaya lagi dengan restoran tersebut dan enggan ketika diminta untuk kembali bekerja. Alasannya: Aku sudah lama tidak memasak. Aku tidak bisa memasak makanan seenak itu lagi. Sedangkan di mata para pelayan, owner yang baru ini tidak jauh berbeda wataknya dengan owner yang lama. Mereka tidak mau bekerja lagi. Alasannya: Aku tidak bisa. Ah jangan, aku tidak mampu. Aku tidak mau bekerja lagi di tempat seperti itu. Aku mau bekerja jika teman-teman yang lain kembali bekerja.
Owner baru itu pun bingung. Bagaimana caranya membangun kembali restoran itu, tanpa dukungan dari para koki dan pelayan?? Apa yang harus dilakukan untuk mengembalikan kepercayaan mereka?
Sementara itu, dari luar, sang owner mendapat tekanan dari pemilik uang yang ia pakai untuk membeli restoran tersebut. Pemilik yang sangat berharap banyak pada owner baru itu. Sekarang, sang owner baru pun harus mati-matian mencari berbagai cara  untuk membangun kembali restoran itu bersama dengan beberapa bawahan yang masih mau mempercayainya. Akankah sang owner berhasil?

0 comments:

Post a Comment

 

Live ♥ Love ♥ Life Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos